Saat ini aku sudah tidak muda lagi. Beberapa bulan
kedepan umurku genap 33 tahun. Tampang dan isi dompet yang pas-pasan membuat
aku masih sendiri atau bahasa gaulnya masih menjomblo sampai sekarang. Berharap
punya harta turunan juga jauh panggang dari api. Hehe..., tetapi memang
begitulah adanya.
Dengan segala keterbatasan itu, aku tak pernah
pacaran satu kali pun dalam hidupku. Meski dalam ajaran agama pacaran itu
dilarang, tetapi sebagai manusia biasa aku juga terkadang tergoda untuk juga
punya pacar seperti teman-teman lainnya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya
aku menyadari bahwa pacaran sama sekali tak ada manfaatnya, maka ku putuskan
untuk mencari calon istri saja bukan pacar.
Lagi.., lagi...,, karena keterbatasan itu semua sangat
sulit bagiku menemukan perempuan yang mau menerima aku apa adanya. Aku sangat
maklum akan hal itu, di dunia sekarang tidak ada lagi kalimat “cinta buta”
karena cinta punya mata yang mampu membedakan yang mana honda beat dan yang mana
honda jazz.
Ditengah kegalauan itu, kamu hadir. Perempuan yang
tak mempermasalahkan usiaku yang tak lagi muda. Tak mempersoalkan tampang dan
juga uang. Aku menaruh begitu besar harapan padamu meski saat itu kau telah
berdua.
Kusediakan telinga untuk keluh kesahmu, kesediakan
pundak untuk rasa lelahmu dan kusiapkan tawa untuk mengusir resahmu serta
tanganku ku gunakan untuk merangkulmu agar hilang segala lelah akan kisahmu
bersama dia.
Meski tak pernah menjadi seseorang yang kau berikan
cintamu seutuhnya, aku sudah cukup bahagia menjadi pendengar setia. meski
cintaku tak pernah mampu menghilangkan pesonanya, tetapi aku merasa sangat
beruntung pernah mampu melukiskan tawa di hidupmu meski hanya sementara.
Persoalan cinta dan harapan yang tak sampai memang
bikin sakit hati, karena aku bukan stasiun kereta api yang dikunjungi untuk
kemudian pergi. Tetapi, Sungguh kehadiranmu begitu berarti. karena itu aku
ingin berterima kasih padamu, Setidaknya karena mu aku pernah merasakan cinta. Karena
mu aku tahu bahwa hidup penuh warna. Darimu juga aku belajar jangan pernah
berharap pada yang tak pasti. Jadi, sekali lagi terimakasih karena telah sudi
pernah mampir di hati.
Terkadang, atau mungkin bahkan sering sekali kita
harus bertemu dengan orang yang salah dulu untuk menyiapkan diri menanti dia
yang benar. satu episode cerita yang gagal bersamamu semoga menjadikanku lebih
handal untuk menjejak langkah pada episode selanjutnya. Selamat tinggal.
(terinspirasi dari cerita seorang sahabat)
2 comments