Sebenarnya
perdebatan ini adalah persoalan jadul alias telah ada sejak Indonesia belum
merdeka. Ibu bekerja atau ibu rumah tangga? sejak dahulu, rasanya persoalan ini
tak ada habisnya. Perdebatan demi perdebatan yang tak terlihat ujung pangkalnya
terus mengemuka. Sejumlah orang megeluarkan argumen masing-masing sekaligus
mencari sejumlah sandaran untuk membenarkan atau lebih tepatnya untuk
pembenaran pilihannya.
Mengapa
hal ini bisa terjadi? Karena begitu banyak pihak-pihak yang sejatinya hanya
berawal dari iri hati. Yach, menurut saya persoalan sebenarnya hanya iri hati
atau lebih tepatnya tidak bahagia dengan hidupnya. kenapa saya berani
mengatakan tidak bahagia? Karena orang yang bahagia tidak akan sibuk dengan
hidup orang lain.
Seperti yang
pernah saya katakan melalui tulisan-tulisan saya sebelum ini, saya selalu
menghindari pembahasan pada ranah yang dapat memicu perdebatan seperti ini.
tetapi, semakin lama saya menjadi merasa harus ikut bicara ketika setiap hari
di halaman facebook saya beredar begitu banyak tulisan panjang kali lebar yang
terus menyalahkan salah satu pihak.
Tidak ada
maksud membela salah satu pihak, tetapi kebanyakan tulisan-tulisan yang beredar
dan di share beramai-ramai itu adalah yang terus menyudutkan ibu bekerja. Mengapa
kita merasa sulit sekali menghargai pilihan orang lain? bekerja atau di rumah
saja itu adalah pilihan hidup masing-masing orang, lalu apakah dengan pilihan
itu merugikan kita? Jika tidak, kenapa kita yang harus repot?
Kembali ke
yang saya sampaikan di atas, bahwa mereka yang sibuk dengan hidup orang lain
adalah mereka yang tidak bahagia dengan hidupnya. bagi mereka yang memilih
menjadi ibu rumah tangga, apabila mereka bahagia dengan pilihan mereka maka
mereka tidak akan pernah menyalahkan pilihan teman-temannya (ibu yang lainnya)
yang memilih untuk menjadi ibu yang bekerja di luar rumah. Begitupun sebaliknya.
Seorang ibu bekerja yang bahagia juga tidak akan menyalahkan mereka para ibu
yang memilih di rumah saja.
Coba kita
renungkan, apa sich keuntungan bagi kita dengan menyalahkan pilihan orang lain?
apa yang akan kita dapatkan dengan menyudutkan orang lain? kepuasan kah? Jika kita
puas dengan menyinggung perasaan orang lain, maka waspadalah, berarti kita
telah terserang penyakit hati.
Jadi, jika
kita bahagia dengan hidup kita, bahagia dengan pilihan kita, berhentilah
menyalahkan pilihan hidup orang lain. berhentilah merasa yang paling benar,
karena benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain. kita tidak
pernah berada dalam hatinya, dalam keluarganya, lantas, mengapa kita yang
merasa paling tahu apa yang terbaik untuk hidupnya???
Post a Comment