koridor kampus terlihat sepi. Mungkin ini
kesempatan bagus, seorang mahasiswi bergumam dalam hatinya. Melangkah dengan
penuh keyakinan ia menuju ruangan akademik. Kali ini dia meyakinkan hati
seyakin langkahnya untuk segera menuntaskan sesuatu yg selama ini mengganjal
dalam hati dan pikirannya. Bayangan sang dosen muda nan ganteng selalu
menari-nari dalam benaknya. Belum pernah dia berani senekad ini,, tapi apa daya
bisikan hati sudah tak mampu dikendalikan lagi. Dia sudah tak peduli dengan
apapun yang resiko yang akan di hadapinya,, yang terpenting adalah apa yang dia
pendam harus segera mendapat jawabannya.
Tok..tok..,, assalamu’alaikum...,, sapanya di
depan pintu ruangan akademik yang sedikit terbuka. Saat itu jam menunjukkan
pukul 13.00 wib, ini merupakan waktu makan siang, jadi wajar saja kalau ruangan
ini sepi, seperti harapannya tentu saja. Hatinya mulai deg-deg kan, ketika dia
melihat seseorang yang selama ini mengganggu pikiran dan hatinya sedang duduk
seorang diri di ruangan itu, sepertinya sang dosen sedang sibuk dengan
laptopnya, sehingga kehadirannya disitu tidak begitu di perdulikan.
Dia kembali mengucapkan salam di hadapan sang
dosen. Mencoba menarik perhatian dosen tersebut yang sedari tadi terus sibuk
dengan aktivitasnya.
Mila :
assalamu’alaikum pak...
Dosen : wa’alaikumsalam
(dengan sedikit terkejut, karena tak menyadari kehadiran si mahasiwi di hadapannya). Hmm,, ada apa ya? Kalau kamu mau mengurus KHS (kartu Hasil Study) kamu, sebaiknya kamu balik sekitar jam 14.00, karena sekarang masih jam
istirahat.
Mila : maaf
pak,, tapi saya kesini bukan untuk itu, ada hal yang ingin saya bicarakan
dengan bapak.
Dosen : apa itu?Kalau masalah judul skripsi kamu, maka nanti akan dibahas oleh dosen-dosen lainnya juga dalam seminar, dan mudah-mudahan judul skripsi kamu segera diterima.
Mila :
aamiin..,, makasih untuk do’anya pak,, tapi saya kemari bukan untuk itu.
Dosen :
lalu??? (sambil mengerutkan alis)
Mila : sebelumnya
saya minta maaf pak (dengan hati yang semakin ga karuan), apakah bapak sudah
menikah?
Dosen : sudah,, oh
ya, nama kamu siapa? Maaf saya susah utk mengingat satu persatu mahasiswa disini.
Mila :
nama saya mila pak...
Dosen :
ok mila,, saya sudah menikah, ada apa ya? (dengan wajah sedikit bingung).
Mila : ehmm,,
maaf pak, bila saya sedikit lancang, apakah bapak tidak berniat untuk menikah lagi?
Dosen :
apa?? Apa maksud kamu? (sambil mengerutkan kening)
Mila : begini
loh pak, zaman sekarang populasi penduduk lebih banyak perempuan daripada
laki-laki. nah, oleh karena itu, apakah bapak tidak berniat utk poligami?
Dosen : (sambil
menarik Nafas), begini ya mila,,, bukannya saya tidak berniat utk poligami,
tapi sampai saat ini saya belum menemukan seseorang yg lebih segalanya dr istri
saya. kamu tau, istri saya itu org yg sangat cantik dimata saya, istri saya
merupakan keturunan dari keluarga religius dan sangat terpandang, istri saya
tipe pekerja keras, dan maaf saya katakan, penghasilannya lebih besar dr saya.
meskipun bkn itu tolak ukurnya, dan saat ini istri saya sedang menyelesaikan
desertasi doktoralnya. istri saya seorang yang sangat lembut. seseorang yang
mengorbankan segala yg ia punya untuk saia. Bla..bla..bla..(and soon, si dosen
trus memuji semua kelebihan istrinya, yang sedikit dilebih-lebihkan), dan oleh karena itu saya hanya akan poligami apabila ada seorang perempuan yg
lebih dari istri saya.
Mila : (dengan
semangat 45),, hmm..,, tp pak, setidaknya saya tentu lebih muda dari istri
bapak. (lalu, tertunduk malu).
Dosen : hmm,,
mungkin saat ini iya, kamu lebih muda dr istri saya, tp, ketika kami menikah
dulu istri saya masih berumur 19 thn.
Mila : tapi
pak, saya bisa menjadi seperti istri bapak, bahkan saya bs berusaha lebih baik
lg.
Dosen : iya, tapi
kamu tidak pernah menemani dan mendampingi saya untuk sampai di puncak seperti
saat ini. saya sangat menghargai seseorang yang menemani saya mendaki, bukan yang menunggu saya di puncak.
Dengan tertunduk lesu dan perasaan campur aduk,
antara lega karena dia sudah menumpahkan perasaannya dengan kecewa karena
jawaban si dosen tidak seperti yang diharapkannya, mila meninggalkan ruangan
itu.
ini kisah nyata, tanpa rekayasa (dengan sedikit improvisasi untuk menjaga privasi pelaku), waduh, udah kayak berita kriminal aja ya...,, hehehe
Post a Comment