Kini aku bukan lagi siswa dengan seragam abu-abu,
apalagi putih biru. Ketika bangun pagi aku tak lagi perlu terburu-buru karena
takut gerbang sekolah ditutup pak satpam. UAN atau Ujian akhir sekolah yang
merupakan momok paling menakutkan bahkan lebih menyeramkan dari pada nonton
film horor di bioskop bagi siswa SMA telah kulewati 3 tahun yang lalu.
Disinilah aku sekarang. Di tempat yang paling
dinantikan oleh aku dan teman-teman ketika masih berseragam putih abu-abu dulu.
Di tempat yang dianggap paling netral ketika perang politik terjadi di negeri
manapun. Aku disini sekarang, di tempat orang-orang “intelektual” berkumpul.
Koq intelektualnya dibubuhi tanda kutip ya? Nach itu dia masalahnya, selama aku
disini, aku mendapati ternyata tidak semua orang disini pantas mendapatkan
predikat tersebut. Itu menurutku, terserah menurutmu.
Ya...,, aku disini sekarang. Di tempat paling
menyeramkan pada era tahun 1998, ketika saat itu, orang-orang yang berpredikat
sepertiku mampu menurunkan seorang pemimpin di negeriku yang telah berkuasa
dari 30 tahun lebih. Disinilah aku kini...,, koq dari tadi aku cuma mengatakan
di sini, di sini dan di sini melulu ya??? Hmmm...,, iya aku kini di sini. Eh
koq di sini lagi sich...,, maksudku,, aku yakin kamu paham. Hehehe...,, iya
iya..., aku kini di sini, di kampus.
Mahasiswa, predikat itu telah kusandang sudah
hampir 3 tahun. Banyak cerita yang ingin kubagi sebenarnya. Namun, apabila
kuceritakan seluruh peristiwa demi peristiwa dan tragedi demi tragedi selama
aku ngampus, maka yakinlah seyakin-yakinnya bahwa aku akan menjadi penulis
paling banyak menulis buku sejagad raya. Tapi, setelah aku pikir-pikir aku tak
ingin menjadi penulis yang terkenal sejagad raya. Benar-benar tidak mau. Aku
hanya ingin menjadi penulis yang terkenal lintas galaksi, tak hanya di galaksi
bimasakti ini, tapi juga aku ingin menjadi penulis terkenal di galaksi
bimaraga. Emang ada ya?
Ketika menuliskan cerita ini untuk kamu semua, aku
sedang di sini. Iya di sini. Nach loe, sorry..sorry, maksudku di kampus. Kali
ini, eh maksudku saat ini, karena tak ada kali di sini, nach kaann,, di sini
lagi. Okelah..., di kampus maksudnya. Di kampusku gak ada kali. Kecuali kalau
lagi mata kuliah matematika.
Bicara tentang mata kuliah, pasti ada yang
ngajarnya kan? Kalau di sekolah dulu kita mengenal mereka dengan sebutan guru
or atau cekgu (baca dengan gaya upin dan ipin). Kalau di kampus, sebutannya
lain lagi. Apa ya??? Yup..,, kamu betul. Sebutan untuk yang mengajar di kampus
adalah bosen. Eh..,, salah ya? Oke oke..,, bukan bosen tapi dosen. Btw, coba
dech kamu ngaku. Jangan takut. Ngaku aja gak akan ada yang dengar koq (kecuali
kalau kamu buat pengakuan dengan meminjam Loudspeaker Mesjid). Coba dech,
buatlah pengakuan biar kamu lega selega-leganya. Dari tadi disuruh ngaku, ngaku
apa ya? (itu suara hati kamu, iya kan?)
Nach...,, sebenarnya aku hanya ingin kamu semua
mengaku bahwa diantara para dosen itu ada yang bikin bosen. Iya kan??? Namun,
ada juga pastinya yang gak ngebosenin, hanya saja sayangnya jumlah mereka (yang
gak ngebosenin) itu jauh lebih sedikit dari pada yang bikin bosen. Ntah kenapa,
para dosen yang gak ngebosenin ini bisa dibilang makhluk langka yang perlu
dilestarikan. Bagaimana cara melestarikannya? Itu tugas kamu semua untuk
menjawabnya. Hihihi....
Berikut, aku akan berbagi jenis-jenis atau
tipe-tipe atau tipikal-tipikal dosen yang mengajar di kampusku selama aku
menjadi mahasiswa di kampus ini. Coba dech nanti kamu cocokkan dengan dosen di
kampusmu. Siapa tau ada yang sama tipikalnya, atau bahkan mungkin memang orang
yang sama.
Begitu mendengar kata genius, kita pasti langsung
membayangkan IQ yang tinggi. Emang sich gak ada yang salah dengan itu. Tetapi,
dosen genius yang dimaksud di sini adalah dosen yang sangat menguasai materi
yang diajarkannya ke mahasiswanya. Si dosen hampir dipastikan mampu menguasai
99% materi. Loh koq 99%? Iya, karena tak ada manusia yang sempurna.
Dosen dengan tipe genius ini, biasanya punya seabrek
peraturan yang harus dipatuhi mahasiswa, selain peraturan kampus tentu saja.
Selain peraturan tambahan, si dosen juga akan membebankan tugas yang luar biasa
banyaknya. Dosen genius ini, akan memeriksa tugas-tugas mahasiswa
sedetail-detailnya, sampai dimana letak titik dan komanya pun dia tau.
Sang dosen genius memiliki persamaan dengan dosen killer
untuk urusan peraturan dan tugas. Namun, dosen dengan tipe genius ini mampu
membuat suasana kelas yang menyenangkan. Terkadang juga sang dosen mengeluarkan
joke-joke pengocok perut. Untuk yang satu ini, mirip dengan dosen dengan jenis
pelawak.
Sangking menyenangkannya suasana belajar dengan sang dosen,
mahasiswa tidak merasakan keberatan ketika sang dosen memberikan tugas yang
seabrek, bahkan ngalahin jumlah tumpukan cucian yang sudah sebulan gak ketemu
air.
Untuk urusan nilai, jenis dosen yang satu ini sangat
objektif. Nilai yang akan ada di KHS (kartu hasil studi) adalah nilai asli
kamu. Tanpa tambahan, sedekat apapun hubungan kamu dengan dia. Bahkan mungkin,
apabila kamu kekasihnya, juga tak akan ada nilai kasihan.
Belum lagi masalah waktu, dosen dengan jenis ini luar biasa
disiplin. Jangan coba-coba datang terlambat. Efeknya bisa luar biasa dan kadang
tak terduga.
Dosen jenis ini sangat sulit ditemui. Bahkan selama tiga
tahun aku kuliah belum pernah bertemu dengan dosen se perfect ini. Ada sich
yang hampir mendekati, tapi tetap saja tidak seperti ini. Sehingga terkadang
aku berpikir mungkin dosen dengan tipikal seperti ini hanya ada di negeri
dogeng. Dosen jenis ini juga bisa disebut dosen perfect.
Untuk tipikal yang ini, sesuai dengan judulnya, dosen ini
pintar, mampu menguasai materi, dan biasanya juga mampu menguasai kelas. Namun,
masih setingkat dibawah dosen genius. Apabila dosen dengan tipe genius mampu
menjadi pelawak kadang-kadang, namun, dosen dengan tipe pintar semua
datar-datar saja.
Nilai untuk dosen dengan jenis pintar ini, juga datar-datar
saja. Semuanya mengalir saja, tidak ada letupan-letupan pembangkit gairah.
Semuanya bisa ditebak. Tidak ada surprise-surprise atau dengan bahasa lainnya
tidak ada pemicu adrenalin untuk menghadapi dosen yang satu ini. Semuanya serba
biasa, dan semuanya biasa saja.
Jenis ini biasanya adalah mereka yang bukan pujangga,
karena mereka tidak pintar merangkai kata. Dosen dengan jenis ini juga tidak
bisa menjadi politisi, karena tidak ahli berorasi. Menurutku dosen dengan jenis
ini dulunya ketika jadi mahasiswa adalah si kutu buku dengan kacamata minus dan
tumpukan buku yang ikut kemanapun dia pergi.
Untuk urusan penguasaan materi bisa dikatakan dosen tipe
ini lebih dari tipe genius atau perfect, namun, penyampaiannya yang tidak bisa
membuat mahasiswa tertarik. Kelas terasa membosankan dan mahasiswa pada
akhirnya sibuk sendiri-sendiri. Apalagi dengan trend selfie zaman sekarang.
Bisa dipastikan para mahasiswi akan sibuk selfie-selfie. Begitulah...
Membaca adalah hobi yang sangat berkelas dan biasanya
dimiliki oleh orang-orang tertentu yang juga sangat berkelas. Dosen yang
memiliki hobi membaca bukanlah sesuatu yang aneh mengingat profesi mereka yang
mengharuskan untuk itu. Namun, apa jadinya apabila hobi membaca si dosen tidak
bisa berhenti??? Nach loe....
Dosen dengan hobi membaca yang tidak dapat berhenti
meskipun ada lampu merah, akan tetap membaca meskipun di ruang kelas sekalipun.
Sang dosen akan mengajar dengan tetap melanjutkan hobi bacanya. Mahasiswa masuk
ke kelas hanya untuk mendengarkan si dosen membaca. Ketika di semester tiga dulu aku bertemu dengan dosen jenis
yang ini, aku merasa rugi membayar SPP. Kalau kuliah hanya untuk dengerin sang
dosen baca buku, mending baca sendiri aja di rumah tanpa perlu buang-buang BBM
yang emang sedang naik daun.
Nach ini dia jenis dosen yang tidak akan pernah membuat
kelas membosankan. Joke-joke lucu dan segar serta update setiap harinya
memenuhi ruangan kelas. Terkadang saat dosen seperti ini sedang di dalam kelas,
aku merasa acara Opera Van Java atau Extravaganza sedang live di depan mata. Tak bisa dipungkiri memang dosen dengan jenis ini sangat
menyenangkan. Namun, tak jarang mahasiswa hanya mengingat joke-joke lucunya
bukan materi kuliahnya. Kacau...
Tipe yang satu ini memang luar biasa wow. Bahkan bilang wownya
harus sambil jungkir balik di kandang kerbau. Woowww.... Mobil keluaran terbaru (baru keluar dari garasi). Sepatu
mengkilat. Tas kulit buaya putih (buaya dari film suzanna). Jam tangan dan
asesoris lainnya yang tak bisa dipandang sebelah mata apalagi kalau tanpa mata.
(gimana mau mandang kalau gak ada mata?)
Setiap masuk kelas, aroma parfum menyebar ke seluruh sudut
ruangan. Kalau di iklan-iklan parfum, akan ada bunga-bunga berterbangan lalu
ada bidadari bersayap yang mengejar-ngejarnya. Coba dech kamu bayangkan sendiri
atau segera hidupkan tivi lalu tunggulah sampai ada iklan parfume seperti yang
aku sebutkan. Jika iklan itu tidak ada, tunggulah sampai ada. Tidak ada juga,
tunggu lagi. Pokoknya aku bilang tunggu ya tunggu.
Selanjutnya, setiap perkuliahan materinya adalah pengalaman
pribadi sang dosen. Mulai dari aktivitas bangun di pagi hari sampai tidur lagi
di malam hari. Contonya begini: “ kamu semua tau tidak, tadi banyak banget yang
sms saya.” Mahasiswa mulai berpikir, “wah, sang dosen ini banyak penggemar”.
Eh, ternyata yang sms adalah operator seluler yang sedang gak ada kerjaan.
Jika kamu merasa jelek jangan coba-coba ambil mata kuliah
dengan dosen jenis ini. Kalau kamu tetap nekad, maka bersiap-siaplah untuk
mengulang lagi semester depan. Mengapa? Ya, karena kamu jelek.
Ukuran nilai bukan pada seberapa pintar kamu, tapi seberapa
cantik atau tampannya kamu. Gak perlu pintar, gak perlu rajin yang kamu
perlukan untuk menaklukkan dosen yang ini adalah kecantikan dan ketampanan tiada
tara, apalagi ditambah dengan penampilan yang bak model maka sudah pasti nilai
kamu adalah A.
Dosen ini biasanya paling diincar oleh mahasiswa. Diakui
atau tidak, 99% mahasiswa adalah para pemburu nilai. Nach, dosen dengan tipe
ini adalah mereka yang bisa mengobral nilai A dan B dengan alasan kasihan.
Sehingga mahasiswa-mahasiswa yang lulus dengan dosen ini akan menjadi
mereka-mereka yang perlu dikasihani.
Selain itu, dosen yang satu ini juga biasanya jarang masuk
kelas. Untuk yang ini alasannya adalah sang dosen kasihan dengan diri mereka
sendiri. Kasihan tubuh mereka kelelahan apabila harus rutin masuk kelas.
Koq serem banget sich? Begitulah. Dosen dengan predikat ini
adalah para dosen yang kadang muncul kadang hilang. Sering bergentayangan entah
kemana ketika jam kuliah sehingga jarang sekali masuk kelas. Sekalinya masuk
langsung midterm. Kemudian menghilang lagi (mungkin bertapa ke gunung kidul).
Nach, ketika muncul lagi dengan soal-soal ujian final (sepertinya soal itu adalah
hasil pertapaan). Luar biasa bukan? Atau biasa di luar?
Itulah dia 9 tipikal dosen yang sempat kutemui.
Ada sich satu jenis lagi yang tidak kusebutkan. Kenapa? Karena sudah terlalu
mainstream. Sangking mainstreamnya mereka ada dimana-mana. Dosen dengan
predikat mainstream itu bak hantu yang bergentayangan mematahkan semangat
mahasiswa (tetapi sangat berbeda jauh dengan jenis dosen pada nomor 9) Biasanya
di kampus manapun, dosen jenis mainstream ini disebut dosen killer.
Post a Comment