Kau hadir bersama bahagia yang tak terperi berharap
bagai ombak yang tak akan pecah walau sampai ke tepi
Memberi warna lebih dari pelangi yang telah di
adopsi para laknat LGBT
Kau nyata adanya bukan bayangan semu fatamorgana
di batas cakrawala
Kau adalah mimpi yang ketika ku terbangun masih
konkret berada di sisi
Hidup bersama mu mengajariku bahwa keindahan itu
adalah realita
Kau juga membimbingku untuk bermimpi dan kita
wujudkan bersama ketika pagi menyapa.
Tidak ada kebahagiaan seutuhnya kata mereka,
karena hidup adalah dua sisi mata uang yang keduanya harus kita jalani.
Tidak akan ada pelangi bila hujan tak berhenti dan
matahari tak menampakkan diri
Itu benar, memang harus kuakui jalan yang kita
tempuh tidak selamanya mulus bagaikan sutra Ratu Persia.
Tanjakan terjal, turunan curam, dan berlikunya
jalan telah kita lalui yang tak jarang ketika sampai di persimpangan kita harus
berhenti sejenak.
Beristirahat sambil kembali berdiskusi untuk
kemudian menentukan pilihan jalan mana yang kan kita tempuh.
Mengambil keputusan adalah perkara tersulit
sayang, aku tahu itu
Bahkan lebih sulit dari Hakim ketika menentukan
hukuman apa yang pantas bagi si pencuri berdasi yang hobinya lobi sana sini.
Kau selalu memberiku kesempatan untuk menentukan,
meski terkadang pilihanku keliru hingga kita harus kembali ke persimpangan dan
mengambil jalur lainnya.
Sedikitpun kau tak pernah marah ataupun murka
ketika kesalahan yang ku lakukan menzalimimu tanpa kusadari atau bahkan
terkadang memang ku sengaja
Kesabaranmu, keikhlasanmu menggetarkan seluruh
aliran darahku dan memaksa jantung berpacu lebih dari biasanya.
Bahkan lidahku semakin kelu hingga tak mampu
kuucapkan sepatah kata pun
Kala Kau diam saja, saat seluruh makian pedas nan
tajam bak samurai pahlawan negeri Sakura ku hujamkan ke arahmu
Kau tak menghindar
dan tak juga beranjak pergi
Kelembutan yang kau tawarkan disertai senyuman
penuh cinta selalu menghiasi sikap dan wajahmu bahkan ketika amarah ku telah
dikendalikan setan Laknatullah
Sungguh sayang, Kesetiaanmu mendewasakanku, hingga
kini aku mampu mengukir bahagia di tepi pantai dan aku tak pernah takut ombak
akan menghapusnya, karena aku yakin tsunami sekalipun tak kan melerai ikatan
cinta kita.
Ujung Sumatera, 22 Agustus 2015
Post a Comment