Di negara-negara luar (selain Indonesia-red)
fenomena pengunduran diri pejabat apabila dianggap atau merasa gagal itu hal
biasa terjadi. Bahkan di Jepang, para pejabat yang gagal atau ketahuan korupsi
misalnya akan melakukan Harakiri yaitu budaya bunuh diri karena malu.
Sebagaimana dikutip serambi Indonesia hari ini,
Perdana Menteri Yunani, Alexiz Tsipras secara resmi menyerahkan surat
pengunduran dirinya kepada Presiden Republik Yunani Prokopis Pavlopolous pada
kamis malam (20/8).
Dalam pidatonya sebagaimana diberitakan Xinhua,
Tsipras mengakui kegagalannya. Ia menyatakan bahwa dibawah pemerintahannya
Yunani belum mampu mencapai kesepakatan yang diinginkan. Oleh karena itu ia
berpendapat bahwa pemilu harus segera dilaksanakan untuk menciptakan program
baru agar Yunani masih memiliki peluang untuk terus maju.
Pada era tahun 1998, meskipun tidak mengundurkan
diri atas kesadaran sendiri tetapi hanya karena krisis moneter yang tidak
separah saat ini, Soeharto dipaksa mundur, lalu bagaimana dengan Jokowi? Selanjutnya
pada tahun 1999 ketika Presiden Habibie mampu menguatkan nilai tukar rupiah
dari Rp.15.000,00 menjadi Rp.5.000,00 per 1 dollar amerika, beliau masih
dianggap gagal sehingga pemerintahannya hanya berlangsung 3,5 tahun.
Nach, kini Jokowi telah berhasil menaikkah harga
minyak ditengah merosotnya harga minyak dunia. Dengan kekuatannya pula Jokowi juga
telah mampu melemahkan nilai kurs rupiah dari Rp.12.000,00 menjadi hampir Rp.
15.000,00.
Belum cukup sampai disitu, Jokowi pun sukses
meningkatkan jumlah pengangguran dikarenakan sebagian besar pengusaha terpaksa
gulung tikar karena sudah tidak mampu lagi membeli bahan baku produksi dan
menambah hutang negara menjadi sekitar 800 trilyun hanya dalam waktu delapan
bulan pemerintahannya. Benar-benar pemerintahan yang luar biasa dalam sejarah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena dengan segala apa yang telah “dicapai”
Jokowi tersebut sebagian Rakyat Indosesia yang tergabung dalam Jokowi Lovers
masih saja membelanya mati-matian.
Memang, tidak mudah mengurusi negara besar seperti
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 di dunia. Tetapi, ini adalah
konsekwensi yang harus ditanggungnya. Bukankah sebelum jadi Presiden seharusnya
dia sadar beban dan tanggung jawab yang akan diembannya ketika menjadi Presiden
Republik Indonesia ini?
Kemerosotan ekonomi yang mungkin akan terus
berlanjut, apabila sudah tidak mampu dibenahi lagi, bukankah sebaikknya,
siapapun yang bertanggung jawab terhadap tragedi ini mengikuti jejak Perdana
Menteri Yunani? Mengingat kondisi Indonesia saat ini yang nilai kurs hampir
mencapai Rp.15.000,00/ 1 us dollar ditambah hutang negara yang semakin menumpuk
dan jumlah pengangguran semakin meningkat, tidakkah pemimpin Indonesia dengan
ikhlas menginguti langkah yang diambil oleh Perdana Menteri Yunani tersebut?
2 comments