Berkembangnya teknologi
dalam bidang telekomunikasi melahirkan banyak media sosial atau biasa dikenal
dengan istilah sosmed. Hadirnya media-media sosial ini mebuat sejumlah
perusahaan alat komunikasi berlomba-lomba menciptakan alat komunikasi yang
mampu meng-akomodir segala kebutuhan masyarakat modern, maka untuk itu lahirlah
smartphone.
Dengan jargon “dunia
dalam genggaman” perusahaan-perusahaan alat komunikasi ini pun bersaing
untuk menjadi yang terbaik dan tersempurna. Kini, smartphone menjadi label
ke-eksistensian diri masyarakat modern. tidak hanya diperkotaan, perkembangan
dunia informatika ini pun sudah merambah ke seluruh pelosok dunia.
Siapa yang hari
ini tidak punya Facebook maka akan dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Selanjutnya,
pada masyarakat yang sedikit lebih tinggi strata sosialnya dikenal media
twitter, instagram, Path dan sebagainya.
Banyaknya media
sosial untuk mempermudah komunikasi ini tentu saja memiliki dampak positif dan
negatifnya. Nilai kegunaannya bergantung kepada si pemakai atau user. Jika user
menggunakannya dalam hal kebaikan maka sudah pasti akan mendatangkan kebaikan
pula, begitu pun sebaliknya.
Jika dahulu ada
slogan “you are what you eat”, maka sejak zaman media sosial ini
slogannya adalah “you are what you share”. Pada awal-awal lahirnya
facebook, kita hanya bisa menginformasikan kegiatan kita melalui status yang hanya
berupa tulisan, namun kemudian kita bisa meng-upload foto-foto kegiatan kita
sehari-hari.
Beredarnya foto-foto
kita di media sosial menjadi konsumsi publik yang tentu saja akan bermunculan
beragam komentar dari user lainnya. Saat ini, ibu-ibu muda pun tidak hanya
sebatas meng-upload foto dirinya, tetapi juga foto-foto bayi atau anak-anak
mereka dengan wajah imut dan tingkah lucu yang sudah pasti bisa menaikkan
jumlah komentar, like dan juga follower jika itu melalui instagram.
Bagi, sebagian
orang banyaknya jumlah follower ini bisa mendatang rezeki, apabila foto-foto
anak-anaknya bisa dijadikan model untuk iklan tertentu misalnya. Awalnya iseng
untuk memamerkan kepintaran si anak, kemudian berubah menjadi sumber
penghasilan yang tak jarang berakhirnya dengan “tindakan” eksploitasi anak
secara tidak sadar.
Dari sisi
negatifnya, Bertebarannya foto-foto tersebut kemudian dapat mengundang
kriminalitas seperti penculikan, pemerkosaan dan lain sebagainya. Sebagai bukti
nyata, beberapa waktu lalu, media instagram sempat dihebohkan oleh akun yang
memperjual belikan bayi. Bahkan, beberapa artis sempat gusar karena foto
anak-anak mereka menjadi salah satu korban dari media kriminal tersebut.
Bangga dengan
perkembangan anak memang sah-sah saja. Namun, jika sudah mengeksploitasi anak
untuk mendatangkan keuntungan tentu ini juga merupakan tindakan kriminal yang
melanggar Hak Asasi Manusia. Lebih baik menghabiskan waktu dengan melihat dan
memperhatikan sendiri setiap perkembangan anak kita daripada menghabiskan waktu
untuk mengelola akun medsos untuk si buah hati.
Maraknya perdagangan
bayi bisa dijadikan “warning” bagi kita semua untuk lebih berhati-hati
mempergunakan media sosial. Pikirkan dampak lebih baik daripada memikirkan yang
tampak terlihat. Anak adalah anugerah terindah dari Sang Ilahi. Jaga, rawat dan
penuhi segala haknya bukan malah menjadikannya barang pameran hanya untuk
kesenangan diri.
1 comment