Teruntuk calon ibu mertuaku...
Assalamu’alaikum ibu.., apa kabar mu hari ini? sebuah
do’a kuuntai untukmu yang belum pernah ku kenali. Semoga Allah selalu
melindungi setiap langkahmu. Ibu...,, perkenankan aku menyapamu pagi ini, saat
celoteh riang burung-burung gereja masih bertengger di pohon jambu depan rumah.
Perkenalkan aku seorang perempuan yang kelak (jika
Allah mengizinkan) akan mendampingi putra mu. Membantunya dalam ketaatan kepada
Sang Pencipta dan dalam bakti kepadamu. “Dari Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku
harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi
shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya
kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no.
2548)
Rasulullah telah mengajarkan bentuk bakti yang
tiada tara untukmu ibu. Jadi, ku mohon jangan pernah berpikir bahwa aku akan
merebut putra yang telah kau lahirkan dengan darah dan air mata. Tidak sama
sekali, aku tidak pernah bermaksud mengambilnya dari mu, aku hanya ingin
menjadi pelengkap baktinya padamu.
Ibu..., aku tahu bahwa tidak mudah melepaskan ia,
putra tersayang yang telah bersamamu selama seperempat abad. Tetapi, izinkan
aku membantunya dalam menjalani sisa kehidupan ini atas nama cinta seorang istri. Aku tak akan
pernah dan tak akan bisa mengganti posisimu di hatinya sebesar apapun aku ingin
melakukannya. Percayalah..., kau tetap satu-satunya wanita termulia dalam hati
dan hidupnya.
Aku hanya perempuan yang baru “kemarin”
dikenalnya. Tak pantas bagiku mengambil semua perhatian dan waktunya darimu. Namun,
sebagaimana titah Tuhan yang menciptakan manusia berpasang-pasangan, maka
inilah takdir kehidupan selanjutnya yang memang sudah diatur-Nya.
Ibu, restuilah kami. Karena ridha mu adalah ridha
Allah baginya, putra mu. Jangan pernah takut ibu, karena aku paham betul bahwa
ia adalah milikmu dan aku kelak adalah miliknya.
Salam takzimku untukmu ibu...
Banda Aceh, 10 Sept 2015
Post a Comment