Maafkan aku..., tak ada sedikitpun maksud untuk
menipu mu. Meski pada akhirnya kau merasa tertipu. Aku pun tak berniat sama
sekali mempermainkan mu. Tidak. Tetapi jika pada akhirnya kau juga merasa
dipermainkan, maafkanlah aku...
Awalnya, pertemuan yang tanpa sengaja itu, saling
sapa dan bertukar cerita antara kita membuatku begitu nyaman. Persahabatan yang
kau tawarkan, memberikan kebahagiaan yang berbeda di sudut hati. Aku sugguh tak
menyangka bahwa persahabatan itu pada akhirnya berubah menjadi cinta.
Ia mengalir begitu saja tanpa ada yang memaksa dan
merasa dipaksa. Aku mulai terbawa rasa dan terlena. Kemudian ketika aku mulai
menyadarinya, ingin segera ku akhiri, namun saat itu aku takut kau tersakiti. Aku
tak sadar bahwa sejatinya semakin lama aku bertahan dalam hubungan yang telah terjalin
ini maka akan lebih sakit dari yang kubayangkan.
Apakah kau merasa Cuma dirimu yang tersakiti? Aku pun
merasakannya meski mungkin dalam rasa yang berbeda. Bertahun aku hidup dalam
kebohongan yang sebenarnya tak pernah kuinginkan. Berulang kali aku mencoba
untuk jujur pada mu, tetapi lidahku seperti kelu ketika kulihat begitu banyak
cinta dan pengorbanan yang kau berikan.
Kini, aku mulai sadar. Ini semua salah dan harus
segera berakhir. meski untuk itu, akan ada hati yang terluka. Maafkan aku,
apabila kau harus mengetahui ini semua bukan dari lisanku. Lidahku tak sanggup
menceritakan semua kebohongan dan sandiwara ini, biarlah waktu dan kenyataan
yang mengabarkannya padamu. Mengabarkan segala yang ada meski tak semua dapat
kau terima.
Maafkan aku atas semua kisah ini. seandainya saja
waktu bisa terulang...,, ah ya sudahlah, tak ada gunanya berandai-andai. Toh semuanya
telah terjadi dan kita tak mungkin kembali meski hanya untuk beberapa detik
saja. Aku rasa, kau sudah cukup dewasa untuk memahami semua ini.
Mungkin kau tak bisa dan tak mau membenciku,
tetapi jika dengan itu mampu menyembuhkan luka yang telah terlanjur kugoreskan
pada hatimu, kenapa tidak kau musuhi saja aku seumur hidupmu? Ku mohon...,
marahilah aku, benci aku dan musuhi aku. Itu jauh lebih baik untukku daripada
kau hanya diam saja.
Satu hal terpenting yang ingin ku katakan padamu. Terimakasih
untuk segalanya. Bersamamu aku belajar bahwa hidup adalah perjuangan. Padamu aku
bercermin bahwa kenyataan tak pernah seindah hayalan. Dan..,, harapku, semoga
kelak kau temukan bahagiamu dalam naungan cinta-Nya.
Post a Comment