Epilog
Surat dari Mekkah telah kita terima. Terdengar suara bariton yang berat di
tengah suasana yang senyap tanpa suara dari tadi. kemudian, semua sepi kembali,
hanya suara air yang dituangkan oleh pelayan ke dalam setiap gelas yang
mengusir sepi. Setiap kepala di ruangan itu saling pandang, sebagian
menebak-nebak isi surat yang ditunggu-tunggu selama ini, sementara sebagian
yang lain tak mau ambil pusing terhadap apapun isinya.
Kuta Radja, 1593
“Paduka Syah Alam Putri Raja
Indra Bangsa telah melahirkan seorang bayi laki-laki semalam, baginda”. Ucap pembawa
pesan dari kerajaan Darul kamal pada kepada Sulthan Abdul Jalil.
“Alhamdulillah, cucuku
telah lahir”, ucap sang Sulthan. Gema Takbir dari yang hadir di Seramoe Meuligoe
saat itu pun berkumandang sebagai bentuk syukur. Kemudian sulthan melanjutkan, “siapkan
segala perbekalan dan kebutuhan, aku akan ke Darul Kamal untuk melihat cucuku.
“Sampaikan berita gembira
ini kepada seluruh rakyat di Kuta Raja dan undang mereka pada hari ketujuh
nanti. Aku akan membuat Khanduri aqiqah untuk cucuku.” Titah Sulthan pada Ulee
Balang Meuligoe.
Darul Kamal, 1593
“Apakah sudah kau utus
seseorang untuk mengabarkan berita bahagia ini ke Kuta Radja?”. “Sudah Yang
Mulia”, jawab Geumbak. Ia telah mengabdi pada Sulthan Darul Kamal hampir 30
tahun, sehingga tanpa diperintah pun ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya
dalam kondisi-kondisi tertentu.
“Meskipun utusan kita
belum kembali, siapkan penyambutan untuk sulthan Kuta Radja, aku yakin beliau
akan datang kemari. Selain masakan, siapkan juga sirih terbaik yang kita punya
Geumbak!.”
“Baik Yang Mulia.”
***
“Ingin kau beri nama siapa putra kita ini kanda?” Sultan Muda Mansyur
Syah tersenyum, lalu menoleh ke istrinya. “Bagaimana jika kau saja yang
memberinya nama dinda? Nama adalah do’a dan do’a yang tanpa hijab adalah do’a
seorang ibu untuk anaknya. Jadi, berilah ia nama sebagai do’a pertamamu
untuknya dinda!”
Putri Raja Indra Bangsa berpikir sejenak, kemudian ia tersenyum penuh
makna. “Baiklah jika begitu kanda, tetapi nama itu akan aku umumkan pada hari
ketujuh nanti.” Sulthan Muda Mansyur Syah mendekati istrinya, “bahkan aku pun
tidak boleh mengetahuinya sekarang dinda?”
“Tidak”, ucap sang istri tegas. “Tunggulah sampai hari ketujuh nanti”.
Bersambung...
2 comments