Pasti kamu menyalahkanku yang telah
merebut dia dari mu. Mengambil hatinya untuk kemudian kumiliki seutuhnya dan
berharap selamanya. Sama sepertimu, aku juga perempuan, sedikit banyak aku
mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan tanpa tahu kita salah apa. Sulit memang
melewati hari-hari yang berlalu setelahnya hingga kemudian waktu jua yang
menyembuhkan luka.
Saat ini, setelah 8 tahun berlalu sejak pengkhianatannya
pada janji yang terucap antara kau dan dia, kurasa kau telah melupakan sakit
itu. Apalagi, kini pun ku dengar kau telah berdua sejak beberapa bulan yang
lalu. Sebenarnya bukan maksudku untuk membuka kisah lama, tetapi rasanya ada
yang masih mengganjal di hati jika aku tak bercerita.
Delapan tahun lalu, aku mengenal dia, kekasihmu. Sungguh,
aku tergila-gila padanya. Ketampanan dan kelembutan merupakan sebuah perpaduan
anugerah Tuhan yang luar biasa pada dirinya. Aku yakin banyak perempuan yang
menaruh hati padanya, kau juga setuju dengan pendapatku ini bukan?
Kau tahu, meski ini kesannya tabu, tetapi aku lebih
dahulu yang menyatakan cinta padanya. Maaf, saat itu aku benar-benar tidak tahu
telah ada dirimu di hidupnya. apakah kau pikir dia langsung menerimaku? Tidak,
jangan berpikir begitu. Dalam diamnya dia sempat menyatakan bahwa hatinya telah
termiliki.
Namun, jangan salahkan aku jika aku terus berusaha karena
tak pernah kulihat dengan mataku sendiri jika dia telah berdua. Pikiran nakalku
saat itu berkata sebelum janur kuning melambai maka masih milik bersama, jadi
tak ada salahnya terus berusaha mendapatkan dia yang ketemukan dalam sujud Dhuhanya.
Perempuan mana yang tak ingin punya imam yang shalat jama’ahnya
terjaga? Kutingkatkan usahaku mendapatkannya termasuk memantaskan diri menjadi
pendampingnya. Ternyata, Tuhan mendengar do’aku. Tuhan seperti sengaja membuka
jalan untuk cinta kami hingga beberapa bulan setelahnya, dia datang menemui orang
tuaku.
Begitulah kisahnya. Sekali lagi tak ada maksudku untuk
membuat luka yang telah mengering itu berdenyut kembali. Ku minta maafkanlah
dia. Tidak pernah ada maksudnya untuk mendua apalagi menanggalkan setia. Namun,
sadarilah sekuat apapun kita berusaha aturan Nya lah yang memiliki kuasa karena
Dia lah Sang Pemilik Cinta. Tuhan tentu tahu yang terbaik untuk Hamba-Nya.
Terlambat memang jika aku meminta maaf sekarang. Tetapi,
bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Sadarilah, terkadang ada
mimpi yang harus mati untuk menghidupkan mimpi yang lain. Kini, kita telah
sama-sama bahagia, maukah kau menerimaku sebagai sahabatmu?
Post a Comment