Pada pasphoto yang tertempel di buku nikah kita, warna
latarmu biru dan aku merah. Perbedaan warna latar ini baru ku sadari kemarin,
tepat di ulang tahun ke-8 pernikahan kita. Tanpa ku sadari, aku mulai
flashback. Mengingati kembali ribuan hari yang telah kita lewati berdua. Rasanya
warna latar pasphoto kita cukup tepat untuk menggambarkan karakter kita
masing-masing.
Pasphotomu berlatar biru, sangat sesuai dengan
dirimu yang kalem, tenang dan teduh menyejukkan. Aku rasa, siapapun yang mengenalmu
akan setuju dengan penggambaranku tentangmu. Sementara itu, aku dengan
pasphotoku yang berlatar merah adalah sosok yang sangat keras kepala dan selalu
ingin menang sendiri. bukankah begitu sayang? Hehehe...
Merah itu api dan biru adalah air. Setiap kali aku
membara maka kau sediakan senyummu untuk meneduhkan. Disaat aku marah, diam mu
menjadi pereda amarahku yang kadang suka datang tiba-tiba. Ketika aku hampir
meledak maka rangkulanmu mampu meredam segalanya. Kamu adalah sosok yang tepat
yang selalu ada di saat yang tepat.
Delapan tahun bersama, membuatku semakin menyadari
ternyata begitu banyak kesabaran yang kau sediakan dalam gudang hatimu untuk
ku. Sebagai lelaki, kau mampu melebur ego mu demi hanya untuk melihat aku
tersenyum dan tertawa.
Sayang, dari berbagai artikel yang kubaca, ada
banyak pakar mengatakan bahwa rumah tangga yang telah berjalan lebih dari 5
tahun sangat rentan karena pasangan sudah mulai merasa bosan. Tetapi, kamu tahu
cinta? Bersamamu sedetikpun aku tidak pernah merasakan kebosanan itu bahkan aku
sudah mulai lupa bagaimana rasanya jenuh.
Allah memang selalu memberikan jodoh yang sesuai
dengan hamba-Nya. Aku dan kamu adalah manusia biasa yang jauh dari sempurna
karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Tetapi, ketika aku dan kamu menjadi
kita maka itulah sebuah kesempurnaan dunia. Aku belajar melengkapi hidupmu dan
kamu berusaha menutupi seluruh kekuranganku. Sempurna cinta...
Delapan tahun, bukanlah waktu yang singkat, tetapi
aku merasa masih baru saja sebentar kita bersama. Bersamamu dunia berjalan
lebih cepat dari biasanya, rasanya baru kemarin aku menutup mata seraya
berharap dan memohon pada-Nya agar lidahmu lancar dan tak terbata ketika melafalkan
kalimat indah itu. Namun, ketika aku membuka mata ternyata kalender menunjukkan
bahwa sekarang 2015 bukan lagi 2007 sayang...
Kini, aku kembali memejamkan mata seraya berharap
dan memohon pada-Nya, Sang Pemilik Hati dan Pencipta Cinta, semoga kesempurnaan
ini tak hanya di dunia tetapi juga mampu mengantarkan kita ke Syurga. Insya
Allah...
Post a Comment