Sombongkah aku jika kukatakan bahwa sebagai manusia
aku telah meraih kesempurnaan hidup? Bagi sebagian orang mungkin kalimat ini
terkesan angkuh dan takabbur. Tetapi, ada banyak hal yang ingin ku jelaskan
melalui kalimat tersebut.
Aku terlahir sebagai manusia. Makhluk berakal yang
Allah ciptakan dalam bentuk terbaik (Achsani Taqwim). Segala Puji bagi
Nya, Allah telah menganugerahkan fisik yang sempurna untukku. Aku memiliki dua
tangan, dua kaki, mulut, kedua mata, hidung dan lain sebagainya yang
mengukuhkan kesempurnaanku secara fisik.
Jika mau mengukur rupa dengan standar kecantikan
masa kini, mungkin aku tidak secantik artis dan mereka-mereka para kontestan
miss universe atau miss-miss’an asalkan tidak mimisan saja. hehehe..,tetapi,
aku juga tidak terlalu buruk rupa seperti para hantu di film-film horor. Oleh karena
itu, aku tidak merasa memiliki kekurangan dari segi ini.
Selain itu, secara fisik aku memiliki warna kulit yang
oleh kebanyakan orang dikatakan sawo matang. Aku tidak seputih chinesse dan
juga tidak sehitam mereka yang tinggal di benua Afrika. Lalu, dengan seluruh
kesempurnaan yang telah Allah berikan ini masihkah aku mengatakan bahwa aku
tidak sempurna? Lalu, nikmat Tuhan mu yang manakah lagi yang akan kau dustakan?
Selanjutkan, secara keturunan. Allah begitu
berbaik hati padaku. Dia tidak mentakdirkan aku terlahir di luar ikatan
pernikahan yang sah. Alhamdulillah, ketika aku lahir kedua orang tuaku
berstatus suami istri yang sah. Aku lahir sebagai bungsu dari 6 bersaudara,
meskipun ketika aku tersadar aku putri tunggal sebuah keluarga yang bahagia.
Sebagai si bungsu aku memiliki 5 orang kakak, 3
laki-laki dan 2 orang kakak perempuan. Tetapi, sebagai anak tunggal tentu aku
tak punya siapa-siapa. Kemudian, ketika aku mulai beranjak remaja, Allah
memberiku kejutan yang indah. Ternyata aku juga seorang kakak dari 3 gadis
cantik.
Dan, Ternyata semua itu tidak cukup sampai disitu
bagiku, saat dewasa aku menyadari bahwa aku tak hanya memiliki 5 orang kakak,
tetapi ada satu lagi yang baru ku ketahui kemudian. Bagi yang membaca ceritaku
ini selintas agak rumit memang. Tetapi, justru keindahan itu terletak pada
setiap inchi dari problematika itu sendiri.
Aku bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi aku
memiliki kakak dan adik. Namun, disisi yang lainnya aku anak tunggal yang
sangat dimanja. Pada kehidupan normal biasanya seseorang memiliki 2 orang tua yaitu ayah dan ibu. tetapi,
aku memiliki 5 orang tua, dua ayah dan tiga ibu. Lalu, masihkah aku berani
berpikir bahwa hidupku tidak sempurna? Maka, nikmat Tuhan mu yang manakah yang
akan kau dustakan lagi?
Di usia 18 tahun, aku diterima sebagai Pegawai
Negeri Sipil. PNS memang bukan pekerjaan yang membuat kita kaya tetapi
setidaknya profesi ini di incar oleh jutaan orang di negara kita saat ini. tak
pernah terpikirkan sama sekali bahwa aku akan bekerja di usia yang relatif
muda. Sama halnya, seperti saat ini di usia ke 28 ini, tak pernah terpikirkan
sama sekali bahwa kemudian aku merasakan menjadi seorang dosen. Dan lebih dari
itu semua, suatu hal yang luar biasa menurutku yang bahkan tak pernah
sedikitpun terbersit di hati dan di pikiranku bahkan juga tidak dalam setahun
terakhir bahwa aku akan menulis buku.
Ketika mereka berbicara sibuknya kerjaan kantoran
di akhir tahun seperti ini, aku sudah sangat paham dengan itu. Begitu pun,
ketika mereka bercerita betapa lelahnya dan sekaligus nikmatnya mengajar maka
aku pun sudah sangat mengerti keaadaan itu. Dan, jika ada yang bingung tujuh
keliling saat tak menemukan kata yang sesuai untuk mengungkapkan ide yang ingin
dibagi, maka saat seperti itu pun pernah pula aku lalui. Jadi, masihkah aku
mengeluh dan menganggap bahwa Allah menciptakan aku tak sempurna? Lalu, nikmat
Tuhan mu yang manakah lagi yang akan kau dustakan?
Berbicara tentang manusia, tentang kita tentunya
juga tak luput dari yang namanya cinta, terutama cinta kepada lawan jenis. Untuk
hal yang melankolis satu ini pun Allah tak membiarkan aku menunggu lama di
jemput jodoh. Aku menikah di usia 20 tahun. Seorang lelaki tampan nan rupawan
telah Dikirimkan Sang Maha Cinta untuk menyempurnakan kisah hidupku. Ia tak
hanya memiliki wajah yang tampan, tetapi juga iman yang mendalam serta ilmu
yang diamalkan.
Perempuan mana yang tak bahagia bila saat
terbangun di pagi hari, sang suami telah menyiapkan segalanya tanpa diminta? wanita
mana yang tak bersuka ria jika suami tak hentinya dan tak pernah lelah berusaha
menghadirkan senyum diwajah istri tercinta? Suami yang Allah pilihkan untukku
memang luar biasa. Lelaki terindah dan tergagah dalam duniaku. Lalu, dengan
semua hadiah ini, masihkah aku lancang dengan mengatakan bahwa aku bukan
manusia sempurna? Lalu. Masihkah ada nikmat Tuhan mu yang akan kau dustakan?
Di tahun kedua pernikahan kami, Allah menitipkan
seorang gadis kecil nan cantik jelita kedalam kebahagiaan keluarga kami. Sebagai
perempuan, aku kian bertambah sempurna dengan predikat baruku sebagai ibu. Semua
kita telah paham bahwa perempuan itu istimewa, ketika kecil ia menjadi pembuka
pintu syurga untuk ayahnya. Ketika dewasa ia menjadi penggenap agama suaminya
dan saat menjadi ibu, syurga ada di telapak kakinya. Masya Allah, Maha Besar
Allah yang telah mengizinkanku mengecap ketiganya. Lalu, masihkah aku memiliki
secuil keberanian untuk tetap saja mengatakan aku bukan manusia sempurna? Lalu,
nikmat Tuhanmu yang manakah lagi yang akan kembali kau dustakan?
Kesempurnaan hakiki memang hanya milik Allah, Sang
Pencipta Kehidupan dan Penentu Kematian. Tetapi, sebagai makhluk ciptaannya
yang telah Allah jamin sendiri kesempurnaan bagi kita di dalam kitab suci
Al-Qur’an, masihkah kita selalu beranggapan bahwa kita bukan makhluk sempurna?
Hadiah demi hadiah yang tidak selamanya Tuhan
bungkus dalam bentuk anugerah karena terkadang bungkusannya berwarna musibah
sejatinya adalah cara-Nya untuk menyempurnakan hidup kita.
Kesempurnaan tidak akan pernah kita raih saat kita
terlalu sibuk dengan yang orang lain punya tanpa mau sedikitpun menoleh pada
apa yang telah Allah berikan pada kita. Kesempurnaan tidak terletak pada tahta
dan harta tetapi lebih dari itu. Ia (kesempurnaan) akan hadir dalam setiap hati
yang tlah mampu mensyukuri setiap senti hidup dan kehidupan yang kita punya.
Sebagai manusia, makhluk ciptaan yang Maha
Sempurna, masihkah kita berani beranggapan bahwa kita serba kekurangan? Lalu,
nikmat Tuhan yang manakah yang akan terus saja kita dustakan? Fabiayyi a la i
rabbikuma tukadzibaan...
Maaf untuk teman-teman yang membaca ini semua jika
tulisan ini dianggap sebagai sebuah kesombangan. Aku menuliskan ini tidak
dengan maksud riya ataupun pamer. Karena tentu setiap orang akan memiliki
kesempurnaan dengan caranya masing-masing. Disini, aku hanya ingin sedikit
berbagi. Bercerita dan berbicara tentang hidup kita semua yang begitu indah dan
sempurna.
Post a Comment