Selama ini kita tentu sudah tidak asing lagi dengan
kata “kepo”. Kemana-mana, gak tua, ga muda, jika ditanyain sesuatu misalnya
yang sangat ingin kita ketahui pasti dech langsung nyelutuk, “ihh,, kepo banget
sich?”. Bahkan, beberapa waktu lalu telah ada yang meluncurkan sebuah aplikasi ‘kepo
syari’ah’.
Berangkat dari semua hal yang tentang ‘kekepoan’
itu, saya mulai berfikir untuk menelesuri dari mana asal kata ‘kepo’ tersebut. Perjalanan
panjang penelusuran yang saya lakukan sungguh sangat melelahkan. Menghabiskan waktu
saya sekitar 6 jam. Kamu semua pasti tahu banget lah betapa berharganya waktu
buat saya, tetapi atas dasar kepo ini saya rela menambah jam tidur saya demi
untuk mendapatkan wangsit asal usul kata ‘kepo’.
Penelusuran pertama saya, hasil dari bertapa
memberitahukan bahwa kepo tidak berasal dari bahasa mana pun dan tidak tercatat
dalam kamus apapun. Kepo hanya sebuah kata yang menggambarkan kekalutan pikiran
seseorang ketika ia dirongrong oleh berbagai macam pertanyaan orang-orang
disekitarnya. Entah karena malas menjawab atau karena tidak menemukan jawaban
yang pas maka akhirnya ia memilih untuk menyebutkan sebuah kata yang akan membuat
orang berhenti bertanya dan sebuah kata itu adalah “kepo”.
Setelah bertapa dengan tidak makan dan minum
ketika sedang mengetik, saya kemudian memperoleh hasil kedua. “kepo” ternyata
berasal dari bahasa Aceh, dari akar kata “keu” yang dapat diterjemahkan “untuk/kepada” dan “peu”
yang artinya “apa”. Maka, “kepo” berasal dari “keupeu” yang berarti “untuk apa”.
Jadi, setiap orang bertanya segala macam hal
kepada kita dengan rasa ingin tahunya yang luar biasa, kita pasti akan bertanya
“keupeu”? untuk apa? Intinya, kita akan bertanya balik kepada yang bertanya ‘untuk
apa dia menanyakan hal itu’. Namun, dalam penggunaannya kemudian kata “keupeu”
ini berubah lafadz menjadi “kepo” dan dengan sedikit peralihan makna.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti siapa
yang pertama sekali mempopulerkan kata “kepo” ini hingga men-negara (saya,
tidak sebutkan men-dunia, karena pasti Ronaldo tidak tahu kata “kepo” ini, kecuali
jika sempat dibisikkan oleh Martunis, anak asuhnya yang orang Aceh itu).
Begitulah sekelumit perjalanan panjang nan
melelahkan jari tanpa makan dan minum saat mengetik, mengantarkan kita semua ke
sejarah kata “kepo” yang masih misteri itu. Ihhh...,, kepo banget sich...
Post a Comment