Sama seperti halnya saya tak pernah tertarik
mengenai segala hal tentang politik, saya juga tak pernah peduli dengan sesuatu
yang sifatnya ikhtilafiah, samar-samar, multi tafsir atau apapun itu. Mengapa? Karena
pada bagian yang seperti ini kebenaran tidak tunggal. Manusia bebas memilih
makna apa yang dia inginkan untuk suatu kata atau kalimat yang mengandung
banyak arti.
Bagi penulis handal mungkin pembahasan tentang
hal-hal ini menarik dan selalu dapat menjadi kajian dengan berbagai sudut
pandang. Tetapi, bagi saya yang masih pemula, saya lebih memilih untuk tak
larut dalam sensasi yang berisi berbagai macam dimensi itu, meski terkadang
secara tak sengaja saya hampir-hampir tercebur juga. Namun, saya berusaha
semaksimal mungkin untuk tak tenggelam di dalamnya.
Sebagai blogger yang membutuhkan banyak viewer
ataupun pengunjung untuk blognya, tentu saja sebenarnya menuliskan sesuatu yang
kontroversial menjadi ladang basah yang bisa digarap untuk mendapatkan
pundi-pundi dolar setiap harinya, apalagi dalam situasi bangsa kita saat ini.
Masyarakat seolah sibuk dengan hingar bingar perbedaan pendapat, mencari-cari
kesalahan orang lain dan paling senang membicarakan kekurangan atau kejelekan
orang lain yang dianggap sebagai lawan. Tetapi, iming-iming dolar berlimpah ini
tetap tak mengusik saya untuk menggerakkan jemari mengetikkan realita kehidupan
yang penuh trik dan intrik itu.
Siapa sich yang tak butuh materi? Tetapi jika
hanya demi itu saya melanggar prinsip hidup saya sendiri, nanti dulu. Saya belum
sampai ke taraf itu. Menulis bagi saya adalah media pemuasan diri, tak hanya
sebatas mengejar materi. Dan satu lagi, penulis mana yang tak ingin terkenal? Tetapi,
jika hanya demi popularitas saya harus melakukan atau menuliskan sesuatu yang
penuh sensional, maka biarkan tak satu orang pun akan membaca tulisan saya.
Seorang sahabat bertanya pada saya tentang semua
tulisan-tulisan saya, baik itu yang di posting di blog ini maupun yang telah
diterbitkan sebagai buku. “Mengapa tidak mencoba menuliskan sesuatu yang lebih
berat. Politik misalnya, ekonomi negara atau apapun lah yang tidak hanya
sebatas jadi konsumsi remaja?”. Dan jawabannya telah sangat gamblang saya
jelaskan diatas.
1 comment