Pernah merasa diremehkan? Atau dalam bahasa
sastranya dipandang sebelah mata. Hal seperti ini bisa disebut absurd dan semua
orang pernah mengalaminya. Begitupun aku yang hanya manusia biasa. Dianggap hina
itu biasa dan diremehkan bukan pula sesuatu yang luar biasa.
Sadar akan diri yang tidak lahir dari keluarga
bangsawan kaya raya tentu menjadikanku bergelut dengan tantangan dan hambatan
yang datang silih berganti ketika hendak menanjak menggapai mimpi. Jatuh,
bangun, berguling, terjerembab dan kemudian bangun lagi adalah sedikit dari
sekian banyak lika liku perjalanannya, hingga tak dianggap ada sampai pada
tahap tak terlihat nyata pun turut mewarnai perjalanan.
Masih tentang diremehkan, Beberapa hari lalu aku
kembali mengalaminya, lupa ini perlakuan yang keberapa kalinya dalam hidup,
tetapi yakinlah ini bukan yang pertama dan sangat mungkin bukan pula untuk
terakhir kalinya.
Sedihkah aku? Sakit hati? Bisa iya, namun tidak
menutup kemungkinan pula untuk tidak sakit hati dan tidak sedih. Karena justru
dari sering diremehkan aku belajar untuk bangkit, berusaha keras menunjukkan
eksistensi diri dan membangunkan mimpi-mimpi untuk segera diwujudkan.
Banyak orang besar dan tokoh dunia lahir dari
kehidupan yang selalu diremehkan dan direndahkan. Dan tidak sedikit pula,
mereka yang memiliki bakat luar biasa justru down atau terjatuh setelah
dianggap tak ada apa-apanya. Nach, ketika kita mengalami perlakuan serupa,
silahkan memilih ingin menyikapinya seperti apa. Dan, syukurnya aku memilih opsi
pertama, ketika diremehkan justru aku belajar untuk tegak berdiri serta kencang
berlari meninggalkan mereka yang memandang sebelah mata.
Masa depanku adalah milikku, bukan milik mereka
yang mencibir di jalan, dan tak pernah bertemu di masa lalu. Tetapi, satu hal
yang sangat ingin kusampaikan, pada siapapun yang pernah meremehkanku;
terimakasih, pernah mencibirku, karena ternyata kutemukan alasan pada tatapanmu untuk terus menguatkan diri dan karenanya pula aku belajar untuk bangkit menatap masa depan bersama
mimpi-mimpi yang sebentar lagi akan menjadi nyata. Semoga kita bertemu lagi di
suatu hari, saat bibir manismu tak lagi mampu mencela karena aku datang dengan
segudang wibawa.
Post a Comment