“Berdampingan di pelaminan atau hanya akan jadi
tamu undangan?” pertanyaan ini sering dilontarkan untuk menyemangati seseorang
yang biasanya memiliki rasa kepada seseorang namun tak berani menyatakannya. Beribu
keraguan selalu menghalangi ketika ingin menyampaikannya hingga tak jarang sang
target lebih dulu diambil orang, dan kita hanya jadi penonton budiman.
Berhubungan dengan rasa di hati memang bukan
persoalan mudah, meski bagi sebagian orang, hal ini juga bukan persoalan yang
terlalu rumit. Malu dan atau takut ditolak sering kali menjadi alasan mengapa
rasa tak pernah diucapkan lewat kata-kata. Mereka-mereka ini lebih memilih
menyimpannya di hati agar si dia tak pernah pergi. Takut, apa yang telah
terjalin selama ini akan berubah jika rasa itu sampai pada si dia.
Menunggu juga merupakan pilihan yang dianggap
tepat agar sang target duluan yang menyampaikan rasa. Sementara itu, si dia pun
juga memilih menunggu. Menanti hal yang sama, atau sama-sama menanti hingga
pada akhirnya salah satunya pergi bersama yang lain. menyesal? Pasti, tetapi
kita tidak akan mungkin mengubah yang telah terjadi seberapa pun kita ingin
melakukannya.
Sebelum terlambat, sebelum semuanya berubah
menjadi penyesalan atau bahkan mungkin kekecewaan bukankah lebih baik
menyampaikan segala rasa yang kita pendam meski mungkin setelahnya semua akan
berubah. Setidaknya itu lebih baik daripada memendam cinta sekaligus kecewa
sendiri.
Dalam segala hal, termasuk cinta, resiko baik dan
buruk pasti akan selalu ada. Jika takut menghadapi resiko maka kita hanya akan
menjadi pecundang, karena pemenang adalah mereka yang siap berjuang menghadapi
segala macam tantangan, menggenggam semua resiko dan berusaha melampaui seluruh
rintangan. Untuk urusan hasil maka biarkan takdir yang menunjukkan kuasanya
sebagai bentuk keagungan Ilahi.
Terakhir, ungkapkanlah apa yang kamu rasa, karena
ketika waktu berlalu dan kau masih diam saja bersama kecewamu, maka menyalahkan
siapapun juga tidak akan mengubah apapun. Yakinlah bahwa cinta tak akan menyapa
jika tak berani kau lisankan dengan kata-kata. Sekali lagi, “Berdampingan di
pelaminan atau hanya akan jadi tamu undangan?”
1 comment